BisnisEkonomi

Kenapa BI Diperkirakan Tidak Naikkan Suku Bunga? Ini Penjelasan Analis

328
×

Kenapa BI Diperkirakan Tidak Naikkan Suku Bunga? Ini Penjelasan Analis

Share this article

ENTERJATIM.COM – Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada level 4,75 persen dalam pertemuan kebijakan moneter mendatang. Menurut jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap 30 ekonom, mayoritas responden memperkirakan bahwa Dewan Gubernur BI tidak akan melakukan penyesuaian suku bunga kali ini. Langkah BI ini dinilai sebagai strategi hati-hati di tengah tekanan eksternal, terutama pelemahan nilai tukar rupiah yang menjadi faktor krusial dalam pengambilan keputusan.
Ekonom dari Mizuho Bank, Jing Yi Tan, menyebut bahwa BI menghadapi dilema kebijakan: di satu sisi bank sentral tetap menegaskan komitmen jangka panjang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi di sisi lain rupiah yang melemah menuntut respons moneternya agar tetap menjaga stabilitas. Tan menilai bahwa mempertahankan suku bunga kali ini adalah cara bagi BI untuk menunjukkan sikap “dovish hold”—arti kebijakan tetap longgar, namun berhati-hati. Menurut Tan, salah satu tantangan terbesar bagi BI adalah masalah transmisi kebijakan. Meski BI telah menurunkan suku bunga sebesar 150 basis poin sejak September 2024, penurunan tersebut belum secara penuh tercermin dalam suku bunga kredit yang dibebankan oleh bank. Hal ini membuat stimulus moneter belum sepenuhnya terasa oleh sektor riil.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya menegaskan bahwa ruang penurunan suku bunga masih terbuka. Inflasi nasional yang masih berada di dalam rentang sasaran BI memberi BI keleluasaan untuk melonggarkan kebijakan. Namun, Warjiyo menekankan bahwa fokus bank sentral saat ini adalah memastikan agar penurunan suku bunga dapat diteruskan dengan baik ke kredit perbankan. Ia berpendapat bahwa sampai transmisi kebijakan benar-benar berjalan optimal, BI akan bersikap hati-hati dalam menekan suku bunga lebih jauh.
Sinyal yang muncul dari pasar menunjukkan bahwa banyak pelaku ekonomi memandang penahanan suku bunga di November hanya menunda dari penurunan sebenarnya. Sebagian besar ekonom memperkirakan bahwa BI akan mulai menurunkan suku bunga pada Desember 2025. Perkiraan ini menempatkan target suku bunga jangka menengah BI di kisaran 4,50 persen atau bahkan 4,25 persen pada kuartal pertama 2026, tergantung pada perkembangan nilai tukar, inflasi, dan kondisi eksternal.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga di 4,75 persen akan memberikan sejumlah implikasi ekonomi. Dari sudut pandang nilai tukar, mempertahankan suku bunga akan membantu menahan tekanan pelemahan rupiah karena suku rendah yang agresif bisa memicu arus modal keluar. Bagi sektor perbankan, keputusan ini mungkin memperlambat pertumbuhan kredit, karena bank-bank masih belum sepenuhnya menyesuaikan suku kredit mereka meski BI telah menurunkan acuan. Dari sisi dunia usaha, terutama yang bergantung pada pinjaman, tarif bunga yang belum turun secara signifikan mungkin membuat perusahaan menunda ekspansi. Pasar keuangan kemungkinan akan menyambut langkah BI sebagai sinyal kehati-hatian dan stabilitas, memberikan rasa percaya bagi investor yang khawatir terhadap volatilitas kebijakan. Namun demikian, ekspektasi penurunan suku bunga pada Desember tetap memberi harapan bahwa stimulus moneter akan diperkuat di masa mendatang, asalkan kondisi eksternal seperti tekanan pada nilai tukar mereda.
Secara keseluruhan, prediksi BI akan menahan suku bunga menunjukkan bahwa bank sentral masih menilai stabilitas makro, terutama nilai tukar rupiah, sebagai prioritas utama. Namun, pasar juga jelas menaruh harapan besar pada pemangkasan sore bunga di akhir tahun, menandai potensi sikap longgar lebih lanjut jika sinyal makro memungkinkan. (IFW)

See also  Lampaui Kartu Kredit, Pengguna QRIS Tembus 56 Juta dan Makin Populer di Kancah Global