BisnisEkonomi

Efek Rupiah 16.700: Produsen Pangan Mulai Hadapi Lonjakan Biaya Impor

349
×

Efek Rupiah 16.700: Produsen Pangan Mulai Hadapi Lonjakan Biaya Impor

Share this article

ENTERJATIM.COM – Pelemahan rupiah ke kisaran Rp 16.700 per dolar AS mulai memberikan tekanan terhadap sejumlah komoditas pangan di dalam negeri. Nilai tukar yang lebih lemah membuat biaya impor meningkat, terutama untuk bahan pangan dan bahan baku industri makanan yang masih mengandalkan pasokan luar negeri. Kenaikan biaya ini tidak selalu langsung terlihat pada harga eceran, namun perlahan mulai dirasakan oleh pelaku usaha dan konsumen.

Produk seperti kedelai—yang menjadi bahan baku utama tahu dan tempe—cenderung paling cepat terdampak karena hampir seluruhnya berasal dari impor. Ketika biaya pembelian dolar naik, harga kedelai otomatis melonjak dan produsen kecil menghadapi tekanan margin sehingga potensi penyesuaian harga di tingkat konsumen menjadi lebih besar. Selain kedelai, gandum untuk produksi tepung, roti, dan mie juga akan terkena imbas serupa karena Indonesia bergantung pada impor dari berbagai negara.

Dampak pelemahan rupiah juga merembet pada komoditas daging sapi, bawang putih, gula mentah, serta pakan ternak. Kenaikan harga pakan biasanya memicu kenaikan harga ayam dan telur setelah beberapa minggu. Kondisi ini membuat rantai pasok pangan semakin sensitif terhadap perubahan nilai tukar karena produsen lokal harus menanggung kenaikan biaya produksi sebelum memutuskan untuk menyesuaikan harga jual.

Meski demikian, sejumlah bahan pangan lokal seperti beras, cabai, sayuran, dan buah domestik cenderung tidak langsung terpengaruh oleh melemahnya rupiah. Namun tekanan tetap bisa muncul melalui biaya distribusi dan logistik, terutama jika harga BBM atau komponen impor dalam proses produksi ikut terdampak. Perubahan kurs juga meningkatkan risiko inflasi pangan dari sisi ekspektasi, di mana pedagang dan distributor menaikkan harga lebih awal untuk mengantisipasi lonjakan biaya.

See also  PKH Dorong Warga Naik Kelas, 1.000 Keluarga di Pemalang Akhiri Ketergantungan Bansos

Pemerintah dan Bank Indonesia biasanya merespons pelemahan rupiah dengan menjaga stabilitas pasokan pangan sekaligus memperkuat koordinasi pengendalian inflasi daerah. Langkah intervensi seperti operasi pasar, penambahan stok cadangan, dan percepatan impor komoditas tertentu kerap digunakan untuk mencegah harga pangan melonjak lebih tinggi. Stabilitas rupiah menjadi kunci agar gejolak harga pangan tidak mengganggu daya beli masyarakat serta tidak mendorong inflasi lebih jauh. (FLY)